Perspektif Anak Muda dalam Mengidentifikasi berbagai Masalah melalui Skema Horizon Scanning

Afni Anisah – Jawa Barat – Regional 1

Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” – Bung Karno. Kutipan tersebut seakan tak pernah pudar meski tergerus oleh waktu. Sejak masa perjuangan untuk merdeka, reformasi 1998, hingga era modernisasi saat ini, anak muda tetap memiliki peran yang sangat penting dan krusial bagi kemajuan bangsa. Pemikiran, suara, dan gerakan kaum muda seringkali membawa angin segar perubahan untuk mendorong kondisi bangsa yang lebih baik.

Penggerak Perubahan Indonesia dan Dunia (PPID) 2050 merupakan suatu gerakan yang diinisiasi oleh kaum muda sebagai upaya untuk menghimpun berbagai gagasan, suara, serta harapan dan skenario terbaik bagi Indonesia dan Dunia di tahun 2050 mendatang. Salah satu bentuk strategi yang dilakukan untuk menghimpun semua hal tersebut melalui focus group discussion yang dilakukan bersama berbagai komunitas dan anak muda di seluruh Indonesia. Upaya tersebut dilakukan oleh sejumlah anak muda yang secara khusus disebut sebagai penggerak perubahan.

Setiap penggerak perubahan diamanatkan untuk berdiskusi dengan satu komunitas yang minimal terdiri atas lima orang anak muda. Diskusi tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai isu permasalahan yang muncul, relevan, dan signifikan terjadi dalam kehidupan anak muda. Metode yang digunakan dalam proses identifikasi tersebut ialah Horizon Scanning dimana terdapat tiga hal pokok yang menjadi aspek identifikasi yakni Events, Trends, dan Drivers. Events diartikan sebagai kejadian/peristiwa yang bersifat signifikan, Trends diartikan sebagai kejadian/peristiwa yang cenderung terjadi berulang, dan Drivers sebagai hal utama yang membentuk kejadian/peristiwa tersebut.

Selain ketiga aspek tersebut, Horizon Scanning juga dilakukan dengan Dimensi STEEPV yang terdiri atas dimensi Social (sosial), Technology (teknologi), Economy (ekonomi), Environment (lingkungan), Politic (politik), dan Values (lingkungan). Identifikasi berdasarkan enam dimensi tersebut dimaksudkan untuk mencari tahu kejadian apa yang penting, berpengaruh, dan berdampak pada kehidupan anak muda.

Salah satu diskusi telah dilakukan pada Minggu, 07 Mei 2023 di pelataran Perpustakaan Universitas Indonesia bersama lima orang teman mahasiswa dari Universitas Indonesia dan PNJ, yakni Nur Liana, Putry, Rohmat, Virgo, dan Marcel serta difasilitasi dan dipandu oleh Afni sebagai penggerak perubahan. Diskusi dilakukan secara santai tanpa ada aturan baku dan durasi waktu.

Diskusi sesi pertama berusaha mengidentifikasi informasi umum mengenai events  dan trends, serta harapan anak muda. Dari hasil diskusi tersebut, didapatkan informasi bahwa salah satu isu yang menjadi fokus perhatian anak muda ialah terkait kondisi perkotaan dimana terdapat jaringan kabel yang semrawut dan masifnya pembangunan gedung (Mall, apartemen, hotel, restoran,dll). Hal tersebut dilatarbelakangi oleh keresahan pribadi dan pengalaman melihat langsung dalam keseharian, bahwasanya kabel listrik tersebut tidak tertata dengan rapi/baik akan membahayakan orang sekitar, seperti cuaca ekstrem, di sambar petir, roboh, atau terbakar. Kemudian masifnya pembangunan gedung juga dikatakan terlalu berfokus pada daerah Margonda dan sangat terasa perkembangannya jika melintasi sepanjang jalan Margonda tersebut.

Isu mengenai kabel listrik yang semrawut dikatakan pengaruhi oleh faktor kurangnya atensi dari pemerintah untuk melakukan monitoring lapangan, kurangnya kesadaran dari masyarakat sekitar untuk melaporkan, serta faktor struktur pemasangan kabel yang tidak memperhatikan standar aman dan ketinggian, mungkin saja dapat tersangkut oleh kendaraan yang membawa barang muatan tinggi. Ketika melewati beberapa jalan dengan kabel yang semrawut rasanya timbul perasaan khawatir, takut, dan kesal karena tidak kunjung diatasi. Masalah kabel listrik yang semrawut dan pembangunan gedung yang masif tidak hanya terjadi di kota Depok, namun juga di berbagai kota metropolitan lainnya. Pertambahan jumlah kebutuhan pemasangan kabel, baik kabel untuk rumah terlebih banyak kost/kontrakan, kabel wifi, kabel lama yang di upgrade, dll bisa menjadi faktor yang menggerakan munculnya isu kabel listrik yang semrawut, sementara mungkin tidak ada monitoring atau sistem yang lebih baik untuk mengatasi kabel-kabel tsb.

Kemudian diskusi sesi kedua berusaha mengidentifikasi berbagai kejadian yang penting, berpengaruh, dan berdampak pada kehidupan anak muda berdasarkan keenam dimensi STEEPV. Pertama, dimensi Social (sosial), kejadian yang cukup dianggap penting ialah masih adanya masyarakat kurang mampu yang tidur di depan ruko jalanan (gelandangan), anak bayi yang diajak mengemis, anak kecil yang menjadi manusia silver dan menggunakan kostum badut atau ondel-ondel. Hal tersebut dinilai perlu bagi Pemerintah untuk memberikan solusi yang lebih inovatif terhadap berbagai isu sosial tersebut, seperti pendampingan terhadap anak dan memberikan akses pendidikan kepada anak-anak jalanan tersebut.

Kedua, dimensi Technology (teknologi), perkembangan yang cukup dianggap penting ialah pengaruh teknologi terhadap ekonomi, semisal pada sistem self service Pertamina yang dianggap akan lebih menguntungkan company namun justru mengurangi jumlah lapangan pekerjaan yang ujungnya akan berdampak pada PHK. Ditambah dengan isu yang terus digaungkan mengenai bonus demografi dimana jumlah penduduk produktif begitu banyak dirasa menjadi ancaman sebagai anak muda pencari kerja.

Ketiga dimensi Economy (ekonomi), kejadian yang cukup dianggap penting ialah masih adanya ketimpangan pembangunan sektor ekonomi yang menjadi lapangan pekerjaan di Depok, misal pusat perbelanjaan/mall, hotel, apartemen, restoran, dan sebagainya terfokus di Margonda. Kemudian diperparah dengan banyaknya pengemis, anak jalanan, remaja yang bekerja informal seperti pengamen, badut, ondel-ondel jalanan. Kondisi keseharian anak muda yang bersinggungan terus menerus dengan hal tersebut dirasa cukup mengganggu apabila sedang berjalan di Margonda, takut ketika berpotensi menjadi tindak kejahatan, serta merasa kurang aman dan nyaman.

Keempat, dimensi Environment (lingkungan), kejadian yang cukup dianggap penting ialah masifnya pembangunan infrastruktur dan bangunan yang mengalihfungsikan lahan hijau tidak diiringi dengan upaya penghijauan sehingga yang terjadi adalah banjir. Kemudian dampak climate change yang sudah cukup terasa dengan kondisi panas ekstrem, ini dianggap sebagai masalah besar bagi anak muda, namun masih banyak masyarakat yang kurang sadar baik pada dampak maupun urgensi lahan hijau perkotaan. Pemerintah diharapkan melalui berbagai programnya minimal bisa mengurangi/mencegah dan mengedukasi masyarakat mengenai bahayanya climate change.

Kelima, dimensi Politic (politik), kejadian yang cukup dianggap penting adalah masih adanya politik dinasti, dimana pejabat-pejabat politik yang sekarang berkecimpung di dunia politik dirasa sudah keluar dari tujuan politik itu sendiri yang menjadi media musyawarah, sekarang pejabat politik sebagai perwakilan dari daerah bukan lagi membawa isu masalah di daerahnya tapi kepentingan partai politiknya. Kemudian juga dirasa terdapat gap antara kualitas tokoh politik dengan kebutuhan. Masyarakat memilih tokoh tertentu bisa jadi bukan karena kapabilitas dan latar akademik, tetapi karena popularitasnya. Sehingga banyak janji bisa yang ditawarkan namun begitu sudah terpilih justru tidak memiliki kinerja.

Keenam, dimensi Values (lingkungan), nilai yang dianggap hilang ialah nilai kesadaran pemimpin ketika terdapat suatu masalah, dimana penanganannya harus menunggu viral terlebih dahulu. Kemudian nilai kejujuran dan integritas, seperti pada isu masuk Polisi/TNI/ASN masih adanya praktik kecurangan yang akan berimplikasi kepada kinerjanya

seperti kurang capable, kurang agile, kurang bisa kerja dengan baik. Serta nilai agama, hal ini berkaitan dengan LGBTQ. Lingkungan seperti kampus yang terlalu welcome terhadap budaya barat justru menjadikannya terkontaminasi dan banyak terjangkit LGBTQ. Hal ini dianggap sebagai masalah yang melanggar nilai-nilai agama sehingga baik pihak kampus maupun pemerintah daerah harus memberikan upaya penyadaran dan rehabilitasi.

Berdasarkan hasil diskusi tersebut, kita semakin menyadari bahwa kondisi saat ini masih jauh dari kata ideal. Sebagai generasi penerus bangsa, tentu anak muda memiliki berbagai harapan dan keinginan di masa depan, khususnya dalam hal ini di tahun 2050. Beberapa diantaranya ialah Indonesia memiliki pemimpin baik presiden maupun pemimpin daerah yang berintegritas, memiliki kapabilitas dan kinerja yang tinggi, serta amanah pada tanggung jawab yang dimilikinya. Kemudian kondisi politik yang lebih bersih, sehat, dan memprioritaskan isu lingkungan serta permasalahan aktual di  masyarakat.

Selain itu masalah ketimpangan sosial pada daerah perkotaan dapat teratasi, serta pendidikan dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak kurang mampu. Layanan psikolog dan layanan rehabilitasi LGBTQ dapat lebih dimasifkan sebagai layanan publik yang mudah dijangkau. Kemudian tersedianya wadah kreativitas dan berbagai event menarik kepada anak muda perkotaan. Serta akses yang mudah bagi anak muda untuk mendapatkan pekerjaan.

Untuk mencapai hal tersebut tentunya tidaklah mudah perlu adanya komitmen bersama, sinergitas dan kolaborasi berbagai pihak. Hal yang harus dipenuhi oleh para pihak seperti oleh Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan yang harus memprioritaskan permasalahan-permasalahan utama di masyarakat, LSM, NGO, serta kaum muda yang dapat berkolaborasi menciptakan berbagai ide inovasi sebagai solusi berbagai masalah di masyarakat.