Terpilihnya Labuan Bajo sebagai lokasi perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke 42 Associations of South East Asia Nation (ASEAN) dengan temanya ASEAN Matters : Epicentrum of Growth menunjukkan sebuah trend yang secara signifikan bagi Indonesia dalam kerangka Negara ASEAN maupun Labuan Bajo sebagai tempat perhelatannya. Ini termasuk juga bagi Komunitas Sanggar Molas Naga Komodo, dimana ada 6 (enam) perempuan asal Labuan Bajo, Manggarai Barat diantaranya Melisa, Eyen, Audi, Vira, Kerin, dan Ecin.
Mereka berasal dari berbagai latar belakang, ada yang masih menempuh pendidikan SMA maupun SMK, duduk di bangku kuliah maupun sudah menyelesaikan pendidikan. Berwirausaha maupun bekerja. Kesemuanya adalah kelompok penari di Sanggar Molas Naga Komodo yang akan performance pada side events ASEAN dengan menampilkan tarian yang telah mereka latihkan selama ini diantaranya tarian bambu dan tarian benggong yang merupakan tarian tradisional Manggarai. Memanfaatkan momen ASEAN sebagai ajang promosi atraksi budaya. Event ASEAN hanya terjadi sekali barangkali di Labuan Bajo, namun event–event sejenis dapat dilaksanakan di waktu mendatang apabila Labuan Bajo dapat memberikan kontribusi terbaiknya pada event ini. Sebelumnya juga pernah dilaksanakan Festival Sasando yang sukses besar di Labuan Bajo.
Di sela-sela proses latihan mereka di Rumah Pendiri Sanggar Molas Naga Komodo, Bapak Konradus Jeladu mereka bersedia untuk saya wawancarai terkait dengan program Penggerak Perubahan Indonesia dan Dunia 2050. Saya meminta kesediaan waktu mereka pada saat istirahat seusai mereka berlatih secara total karena mereka akan tampil selama 3 (tiga) hari di dua lokasi berbeda, yakni di Pantai Pede dan di Batu Cermin. Walau tampak lelah setelah berlatih, namun mereka sangat antusias menjadi bagian dari program ini setelah saya memperkenalkan diri secara singkat juga mengenai program ini. Diskusi berjalan dengan sangat menyenangkan, berbagai pertanyaan yang saya ajukan direspon dengan jawaban-jawaban yang berangkat dari apa yang mereka rasakan dan juga alami sebagai warga daerah Labuan Bajo, Manggarai Barat, Indonesia dan maupun pandangan Dunia terhadap Labuan Bajo.
Sebagai komunitas yang bergerak di bidang kesenian, mereka yang saya wawancarai adalah beberapa penari di komunitas tersebut. Selain tarian, ada juga bidang lainnya di komunitas ini, yakni seni musik dan seni vokal atau seni suara. Fokus mereka untuk menjadi bagian dari komunitas, selain karena talenta yang mereka miliki untuk dikembangkan, menjadikan waktu mereka lebih produktif, mendapatkan penghasilan sampingan, namun lebih jauh adalah sebagai sarana transfer kebudayaan kepada generasi selanjutnya. Mereka percaya kebudayaan yang mereka miliki dalam setiap gerak tari yang mereka bawakan, entah dalam hal ini tarian etnik atau tradisional maupun tarian yang telah dipadukan dengan ragam gerak modern, mampu memberikan suguhan menarik yang kekinian bagi penikmatnya. Potensi pariwisata yang sangat kaya di Labuan Bajo perlu dikombinasikan dengan atraksi budaya seperti yang mereka bawakan. Mereka telah bergerak dalam tariannya untuk mampu menjadi bagian dari pelestarian kebudayaan dengan apa yang mereka miliki.
Mereka melihat beberapa permasalahan yang secara signifikan terjadi di Indonesia, seperti misalnya secara ekonomi dimana masalah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengakibatkan harga-harga kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya meningkat secara drastis, juga biaya transportasi yang terasa sekali perbedaannya. Di segi lingkungan ada permasalahan seperti sampah, masalah sampah plastik baik di laut maupun di darat menjadi ancaman yang meresahkan apabila tidak dicarikan solusi terbaik dan setiap kalangan tidak mau bergandengan tangan untuk menyelesaikan problem tersebut. Dalam bidang pendidikan mereka sebagai generasi yang sebagian besarnya masih mengenyam pendidikan merasa perlu pendidikan dengan kurikulum gonta-ganti ditiadakan, tidak perlulah mereka dijadikan kelinci percobaan atas kebijakan ganti rezim ganti kebijakan, selain itu haruslah tepat sasaran bantuan yang diberikan ke sekolah-sekolah baik dalam hal fasilitas pendukung yang perlukan di sekolah maupun bagi siswa dan siswi yang memang kurang mampu secara ekonomi. Permasalahan lainnya adalah demam teknologi yang bukan saja menyerang anak muda dengan perilaku mereka yang sering kali terlalu fokus dengan hp/gadget ataupun internet, namun juga melanda anak-anak usia dini ditunjukkan dengan tendensi dimana mereka menjadi sangat mudah/gampang mendapatkan akses dan kebebasan untuk menggunakan hp/gadget dan internet. Belum lagi pengawasan terhadap konten yang mereka konsumsi dapat menjerumuskan mereka pada berbagai persoalan seperti penipuan, hoax, bullying, judi online, pornografi dan masih banyak permasalahan lainnya. Inilah tantangan nyata yang dihadapi generasi muda saat ini.
Di sisi lain dapat disaksikan bahwa nilai-nilai kebudayaan dalam ragam bentuknya dan adat istiadat di daerah mereka masih kental secara kedaerahan, juga masih dapat dipertahankan. Namun, permasalahan kepedulian terhadap kebudayaan yang kebarat-baratan dan kekorea-koreaan pun juga terdeteksi. Selain itu, sikap empati mulai berkurang seperti keramahtamahan dan nasihat yang mulai cenderung diabaikan juga tertib lalu lintas pun menurun drastis. Pengabaian terhadap keramahan dan kecenderungan yang defensif terhadap nasihat yang datang. Perilaku tidak tertib lalu lintas karena kurangnya pemahaman akan risiko kecelakaan yang tinggi juga pengaruh akses kendaraan yang dinikmati wisatawan mancanegara, namun regulasinya belum terlalu ketat. Korupsi yang selama ini mewarnai pemberitaan dan terjadi di kalangan pemerintah pun perlu untuk diberantas. Korupsi bukan hanya berita, korupsi adalah tentang seberapa jauh ekonomi yang harusnya berdampak telah dibelokkan oleh segelintir orang untuk kepentingan pribadinya, kerugian negara tampak di depan mata.
Ketika diajak diskusi pada persoalan kondisi Indonesia dan Dunia 2050, mereka optimis. Namun ada juga jawaban tentang kekhawatiran yang muncul. Diantaranya investasi perhotelan yang massif dapat saja menjadikan masyarakat terpinggirkan dan tersingkirkan. Penjajahan modern dapat terjadi. Menjadi tamu di negeri sendiri. Menjadi nomor dua. Namun, suara yang percaya bahwa kondisi 2050 akan lebih baik juga dominan, oleh karena kebudayaan dan pariwisata akan lebih baik, Optimisme dan pesimisme akan kondisi tersebut dapat dikelola dan dicari jalan tengah dalam diskusi tersebut. Mereka percaya, bahwa mereka dan anak muda lainnya harus turun tangan memberikan arti dan karyanya untuk Indonesia dan Dunia. mencegah Indonesia dan Dunia 2050 yang dilingkupi hawa pesimisme juga dapat dilakukan mulai dari sekarang dengan menggerakan lebih banyak orang untuk terus bergerak bersama membawa harapan akan Indonesia dan Dunia yang lebih baik dalam setiap karya, aksi, dan kolaborasi nya. Memperluas dan melestarikan kebudayaan adalah cara yang mereka tempuh dengan komunitasnya. Permasalahan lainnya yang meresahkan dan telah mereka bagikan pun perlu untuk menjadi perhatian. Mereka percaya bahwa anak muda adalah 100% (Seratus Persen) masa depan Indonesia. Semoga sukses buat Sanggar Molas Naga Komodo dan penampilannya.
Labuan Bajo, 8 Mei 2023
Ditulis Oleh : Theresia Pertiwi Lou Udak (Penggerak Perubahan Indonesia dan Dunia 2050)
Email : theresiapertiwilu@gmail.com